Selasa, 29 November 2016

Jam Tangan


Menyebalkan, satu kata yang selalu ku ucapkan tiap hari
ibu selalu memarahiku setiap kali aku terlambat pulang sekolah. Apa salahnya? Aku hanya bermain, berkeliling dan berdiam diri di taman kota hingga sore tiba. Jujur saja aku sengaja melakukan ini karena lari dari tugasku membantu ayah mengantarkan pesanan barang. Sungguh itu hal yang sangat  membosankan, aku harus menghabiskan waktu sepulang sekolah setiap hari hanya untuk melakukan hal itu, mengendarai sepeda dari rumah ke rumah di siang hari yang terik. sedangkan anak-anak lain dengan santainya menghabiskan waktu bermain bersama teman-temannya seharian.
Walaupun ibu sering memarahiku tapi aku tak pernah bosan untuk melanggar perintahnya. Aku lebih suka membuang-buang waktuku untuk melakukan hal-hal lain yang tidak berguna salah satunya berdiam diri di taman ini.
Sudah tiga bulan aku melakukan rutinitas ini, aku merasa bebas namun terasa ada yang kurang, entah apa aku tak tahu. Maksudku, aku sudah tidak melakukan hal membosankan itu dan melakukan hal yang menyenangkan tapi tetap saja aku tak merasa bebas sepenuhnya.

Jam menunjukkan pukul 16:00, seperti biasa aku menghabiskan waktu duduk di tepi kolam ikan taman kota dan kali ini aku melihanya lagi 
Laki-laki itu selalu duduk disana tepat di seberangku, dia terlihat lebih tua dariku sekitar berumur dua puluh tahunan.
aktifitasnya selalu sama, ia hanya menatap langit sembari mengarahkan ponselnya seperti hendak mengabadikan suatu moment setelah itu ia melihat sekitar dan sesekali melihat jam tangannya. Aku selalu penasaran, mengapa tiap kali ia melihat jam tangannya ekspresinya selalu berubah seakan-akan ada sesuatu yang mengejarnya. Karena tiap kali hendak meninggalkan Taman ia tampak selalu terburu buru.
Laki-laki itu tak pernah absen dari sana setiap hari dan mengulang aktifitas yang sama.
Namun suatu hari aku melihat ada yang janggal dari aktifitasnya. Bisa kau tebak apa?

Kali ini tak kulihat ia menggunakan jam tangannya. Akan tetapi aktifitasnya tetap berlanjut seperti biasa dan kurasa kali ini ia lebih lama berdiam diri disana
Aku bergegas pulang karena jam menununjukan pukul 18:00 karena tak ingin ibu lebih lama memarahiku jika aku lebih telat pulang ke rumah. Aku berjalan melewati laki-laki itu, baru kali ini rasanya aku pulang lebih dahulu dari dia. Tiba-tiba saja dia menarik tanganku, dengan spontan aku terkejut dan menoleh kearahnya

"A..Ada apa ya? Mengapa kau menarik tanganku?" Aku tergagap

"Oh maaf, aku hanya ingin bertanya jam berapa sekarang? Kurasa jam di ponselku salah, langit tampak gelap namun jam ponselku menunjukkan pukul 17:00" ucapnya sambil memperlihatkan ponselnya.

Aku mengangguk kemudian membuka tas untuk mengambil ponsel bututku, jelas sangat berbeda dengan ponsel canggihnya.
"Sekarang jam 18:15 kak" ku arahkan ponselku ke wajahnya.
" ya ampun, " jeritnya sambil menepuk dahi.

Teriakannya cukup membuatku terkejut, bagaimana tidak suasana di taman hari ini sangat sepi dan tiba-tiba saja dia berteriak seperti itu. Sebelum sempat aku bicara, dia sudah bergegas pergi 
"Terima kasih Windy" teriaknya dari kejauhan 

Aku hanya bisa diam dan melanjutkan perjalananku ke rumah, dalam hati aku terus bertanya-tanya, bagaimana dia tau namaku? Kuputuskan besok sore aku akan bertanya padanya di taman.
.
.
.
3 hari kemudian
.
.
Hari-hari berlalu tapi tak kulihat batang hidung laki-laki itu
Sudah beberapa hari ini aku tak melihatnya di taman, kemana laki-laki itu? Aneh sekali, sudah lama tak melihat dia duduk di sana. Rasa penasaran dengan laki-laki itu semakin mengerogotiku, hari-hari santaiku di taman berubah menjadi hari-hari penuh penantian. 
"Sialan kenapa orang asing ini membuatku gila, benar-benar penasaran setengah mati " gerutuku 
Aku hendak beranjak pergi dan seketika aku melihat dia berjalan dan duduk di kursi itu.
 "Wow akhirnya dia datang kali ini" 
Aku kembali duduk sambil memperhatikannya seperti biasa
Setelah beberapa hari tak muncul, aktifitasnya berubah drastis dia tak lagi menatap langit dan tak lagi menoleh jam tangannya sedikitpun. Dua jam berlalu, dan dia hanya diam sama sekali tanpa melakukan apapun.
Kuputuskan menghampirinya untuk menghilangkan rasa penasaranku.

"Umm hai" sapaku ragu-ragu

"Oh hai juga, kau gadis yang waktu ini kan? Mmmm.... Windy?" Ucapnya tersenyum namun tampak lesu

"Iya, kok kakak bisa tau namaku? Padahal aku tak pernah merasa pernah berkenalan denganmu" tanyaku sambil menatap wajahnya.

"Hahaha itu aku lihat diseragam sekolahmu waktu menarik tanganmu"  
Jawabnya dengan tawa

Aku merasa kaku, mengapa aku lupa kalo seragam sekolahku tercantum nama lengkapku. Rasanya konyol sekali aku sampai penasaran setengah mati hanya karena hal tersebut.

"Ha...ha...ha... Iya ya aku baru sadar" ucapku dengan tawa renyah
"Ngomong-ngomong apa yang terjadi? Beberapa hari ini kau tak mengunjungi taman kak, dan kulihat hari ini aktifitasmu berbeda. Tak lagi menatap langit dan melihat jam tanganmu" aku melanjutkan pertanyaan untuk menyelesaikan semua rasa penasaranku

"Bagaimana kau tau?" Tanyanya mengerutkan dahi

"Tanpa sengaja aku memperhatikanmu setiap kali kau ke sini kak, kau cukup menarik perhatianku dengan aktifitasmu yang selalu sama berulang-ulang" jawabku tersipu malu

"Kehabisan waktu" jawabnya singkat

"Maksudmu? Aku tak mengerti" 

"Kau tau, tiga hari yang lalu aku lupa memakai jam tanganku dan jam ponselku salah, sehingga adikku kecelakaan dan meninggal dunia karena aku terlambat menjemputnya di tempat kursus musiknya, dia mencoba untuk pulang sendiri karena bosan menungguku, lalu ada mobil melaju kencang yang menabraknya. Semua ini karena hobi foto konyolku, menunggu sekelompok burung yang lewat di langit taman ini setiap sore. Aku membuang-buang waktu untuk hal yang tidak berguna dan akhirnya jadi seperti ini." Ucapnya dengan mata berkaca-kaca

Aku tercengang dadaku serasa tertusuk pisau, aku menyadari sesuatu yang terasa kurang dibenakku telah terisi. Menghabiskan waktu seperti ini seperti bukan benar-benar yang aku inginkan 
Dan ya, ternyata aku hampir mirip seperti dia. Menghabiskan waktu untuk hal yang tidak berguna. Aku masih terdiam dan tiba-tiba saja laki-laki itu melepaskan jam tangannya dan menaruhnya di tanganku.
"Bawa jam ini Windy, gunakanlah sebagai pengingat untuk setiap waktu yang kau gunakan. aku telah banyak belajar bagaimana waktu sangat berharga dalam kehidupanku dan aku baru menyadari telah banyak menyia-nyiakan waktuku" ucapnya sambil menggenggam tanganku.

"Terima kasih kak, aku belajar banyak darimu" jawabku singkat dan menggenggam erat jam tangan itu.
Aku berlari meninggalkannya, tak sabar ingin segera sampai dirumah, ayah dan ibu pasti sudah menungguku. Satu hal yang aku dapatkan dari kejadian ini, waktuku yang telah berlalu memang telah hilang tak berguna, akan tetapi pelajaran yang kudapat dari semua itu adalah waktu di hari esok yang akan kugunakan sebaik mungkin untuk menebus semua waktu yang telah berlalu tanpa makna.


0 komentar:

Posting Komentar